Cerita Delicious Bakery di Bogor, Pertahankan Resep Era Belanda

Cerita Delicious Bakery – Sebagai pekerja yang bermukim di kawasan Kota Bogor, hampir setiap hari saya melewati toko roti dan kue legendaris Delicious Bakery yang berada di Jl. Mawar Nomor 22, Menteng, Bogor Barat.

Toko roti yang sempat berjaya di era 1970 hingga 1980-an itu kini hanya memproduksi roti dan kue dalam jumlah sedikit, lantaran sepi peminat.

Di tengah gempuran pemain food and beverages (F&B) besar saat ini, Delicious Bakery tetap menjalankan usahanya meskipun dengan kondisi tertatih. Padahal, Delicious Bakery bukanlah pemain baru di industri FnB karena toko roti dan kue legendaris itu sudah berdiri lebih dari 84 tahun.

Pada Jumat (12/1/2024) jadwal kerja saya tidak terlalu padat, sehingga bisa mampir ke Delicious Bakery sekaligus berbincang dengan pemiliknya. Lokasi Delicious Bakery juga satu arah dengan tujuan saya, yaitu Stasiun Bogor. Jadi tanpa pikir panjang saya memutuskan untuk mampir.

Setiba di Delicious Bakery, saya merasakan nuansa bangungan klasik dan oriental yang kental di setiap sudut bangunan. Di beberapa area terpasang CCTV serta etalase kayu klasik berisi ragam roti dan kue. Selain itu juga ada beberapa kue jajanan pasar, dan juga permen yang di jual di toko tersebut.

Baca juga: https://muisultra.com/strategi-pemasaran-umkm-yang-efektif-di-era-digital/

Saya di sapa ramah oleh salah satu kerabat dari pemilik Delicious Bakery. Perempuan yang berusia sekitar 20 tahun itu melayani saya yang sedang memilih-milih roti, sekaligus ingin bertemu dengan pemilik usaha, yakni Ratna Swani (63). Saya di sapa ramah oleh salah satu kerabat dari pemilik Delicious Bakery. Perempuan berdarah Tionghoa itu merupakan istri dari Kaman (Tan Hong Tjin). Kaman telah meninggal dunia tahun lalu, dan merupakan generasi ketiga dari pemilik bisnis tersebut.

Kaman merupakan keponakan dari Daud yang merintis bisnis Delicious Bakery. Daud dulunya sempat bekerja membuat roti di toko roti milik orang Belanda di Bogor. Berakhirnya masa kolonial membuat toko roti tempat Daud bekerja akhirnya di jual.

Namun daud tetap melanjutkan usaha membuat roti dengan mempertahankan resep dan cita rasa Belanda. Tahun 1937 ibu dari Daud, Lie Kwie Nio membeli bangunan yang berada di De Leauweg 18, yang saat ini di kenal dengan Jl. Mawar Nomor 22. Di sanalah Daud mulai merintis bisnisnya, tepatnya di tahun 1939 hingga 1940.

Daud memberi nama toko kue dengan Bahasa Belanda, ‘Delicieus’ yang artinya lezat. Di bawah tulisan Delicieus tertulis ‘Brood Koek En Banket Bakkerij Snoepwinkel’ yang artinya Toko Roti, Kue Kering, dan Permen.

Bisnis Menurun

Bisnis roti dan kue yang di rintis lebih dari delapan dekade lalu itu mulai mengalami penurunan omzet sejak tahun 1990-an di tengah kehadiran nama-nama besar di bisnis kue dan roti.

Sembari menikmati roti coklat keju, Ratna bercerita bahwa usahanya saat ini hanya sekedar menjual roti dalam jumlah kecil saja, karena peminatnya terus berkurang lantaran bisnis roti dan kue. “Dulu kan belum banyak saingan, ya kan sekarang sudah banyak pabrik roti, banyak toko kue dan roti yang kekinian juga, yang bikin omzet turun. Kira-kira di tahun 1990-an ya turun omzetnya,” kata Ratna.

Selain itu, perkembangan zaman yang semakin maju juga membuat alat-alat pembuat roti semakin menjamur dan mudah di dapat. Sehingga, banyak orang memilih membuat roti sendiri, daripada membelinya di toko kue. Ratna bilang, saat ini langganan yang bisa membeli roti buatannya semakin berkurang karena memang tak banyak lagi yang menyukai ‘roti jadul’.

“Sekarang orang juga banyak bikin sendiri, langganan kita yang udah tua-tua, bahkan banyak yang sudah enggak ada. Anak-anak (langganan) juga belum tentu mau roti seperti ini, maunya yang roti-roti mewah,” ungkap dia.

Ratna mengatakan, roti-roti buatannya memang mempertahankan resep kue asal Belanda, tanpa pengawet, pengempuk, dan bahan kimia lainnya.

Roti yang di buatnya mengandung, tepung, mentega, ragi, dan gula, sehingga memberikan tekstur yang padat. “Sehari bikin sedikit, hanya 5kg dan habis. Kita buka jam 8, roti masih hangat itu baru mateng, dan kita tutup jam 5 sore. Roti yang di jual ada berbagai macam, mulai dari roti tawar, roti manis, coklat, keju, gambang, pisang-keju, pisang-coklat, kismis, dan roti ayam. Kisaran harga Rp 5.000 sampai Rp 10.000,” uajr Ratna.

“Dulu itu banyak bikin, sekarang sedikit asal bisa habis,” lanjut dia. Ratna bilang, untuk menjual roti sehari-harinya dia menganggarkan modal belanja Rp. 300.000. Jumlah tersebut ia belikan bahan-bahan roti berkualitas, mulai dari tepung, mentega, hingga toping roti, agar cita rasa produk buatannya tetap terjaga.

“Untungnya sedikit ya, sekitar Rp 400.000-an lah omzetnya sehari. Yang penting ada kegiatan, kalau produksi banyak juga saya tidak kuat, karena pegawai kita cuma seorang,” ungkap dia.

Rencana Membuat Kafe

Dia bilang, anak semata wayangnya yang saat ini sudah berhenti bekerja di Tangerang akan melanjutkan bisnis tersebut dengan mendirikan kafe. Walau demikian, untuk mendirikan bisnis barum tentu di butuhkan modal yang tidak kecil, tapi dia optimis hal tersebut bisa di lakuka, meskipun butuh waktu.

“Nanti anak saya mau neruskan, dia kayaknya mau bikin seperti kafe, tapi memang masih jangka panjang ya sedikit-sedikit lah. Kan perlu modal juga, untuk mengembangkan ini,” ujar Ratna. Obrolan bersama Ratna yang di temani dengan roti coklat keju berlangsung sekitar 30 menit, karena saya juga harus mengejar kereta untuk bekerja.

Tentu sebelum pamit, saya harus membayar belanjaan saya, yaitu satu roti cokelat keju, dan satu roti prancis yang total harganya Rp 20.000 saja. Sebagai salah satu penggemar kue jadul, saya menunggu bagaimana Delicious Bakery bisa kembali ke masa jayanya seperti dahulu kala. Apalagi bisnis tersebut berada di pusat Kota Bogor, tentu peluang dan potensi pasarnya cukup luas.

Semoga Delicious Bakery bisa tetap lestari dengan model bisnis baru.