7 Suku dan Warga Tradisi Papua Barat secara Berbagai ragam Kebudayaannya

Papua Barat mempunyai tujuh kabupaten Candy Village yang ibu kotanya ada di Manokwari. Suku dan warga tradisi Papua Barat terbagi dalam beberapa macam yang masing-masing mempunyai karakter unik.

Biasanya, beberapa suku itu tetap menggenggam tradisi dan istiadatnya secara turun temurun. Sebagian besar suku di Papua Barat jalani hidup dengan manfaatkan hasil alam, baik perkebunan, hasil rimba, atau pertambangan.
Suku dan Warga Tradisi Papua Barat
Mencuplik buku Kehadiran Komune Pelaut dan Pesisir di Papua Barat, Indonesia, Ismail Alindam Ismail Marzuki (2021), Papua Barat secara administratif mempunyai 13 wilayah otonom kota dan kabupaten. Berikut macam suku dan warga tradisi Papua Barat dan kearifan lokalnya.

1. Suku Meiyakh

Suku Meiyakh ialah suku asli Papua Barat yang menetap di kota Manokwari. Sebagian besar suku ini menempati Kecamatan Manokwari dan Kecamatan Merdei. Sebagian besar suku ini bermata pencarian sebagai petani.

2. Suku Arfak

Suku Arfak adalah suku paling besar di Propinsi Papua yang menetap di daerah tradisi Tembuni, Bintuni, Moksona, Merdey, Meyah, Testegam Anggi, Sururey, Isim, dan ada banyak lagi.
Dalam kebudayaan warga suku ini, ada susunan tradisi yang meliputi Andigpoy (Kepala Adat), Pinjoydig (pembantu pekerjaan kepala adat), dan Pinjoi Piley (eksekutor pekerjaan).

3. Suku Mansim

Suku Mansim berbicara setiap hari memakai bahasa Mansim. Bahasa ini dikatakan oleh beberapa orang di Daerah Anday dan Mupi, Manokwari Selatan.

Awalnya, pengucap bahasa ini menetap di Daerah Maruti, persisnya di wilayah Gunung Kapur. Namun, pada 1976, terjadi banjir dan warganya menebar ke Muni, Seandainya, dan Arfai.

4. Suku Kuri

Suku Kuri memiliki jumlah yang tidak banyak dan menempati lima daerah di area Kuri. Salah satunya kekhasan suku ini tetap memburu di rimba untuk cari makanan, walaupun telah mengaplikasikan hidup modern.

5. Suku Irarutu

Suku Irarutu menyebar di pantai dan pegunungan di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Kaimana, Teluk Bintuni, dan Fakfak. Suku ini dikenali sebagai suku yang junjung tinggi toleran, humanisme, dan pluralisme. Rumah tradisi suku ini namanya Sirus sebagai lambang hidup yang beradat dan bermoral.

6. Suku Wamesa

Suku Wamesa biasanya tinggal disekitaran saluran sungai Wasian di Kecamatan Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni. Suku ini berbicara memakai bahasa Wamesa yang termasuk bahasa non-Austronesia. Saat penuhi keperluan pangannya, Suku Wamesa meramu sagu dan tangkap ikan di Sungai Wasian.

7. Suku Maybrat

Suku Maybrat menempati Kabupaten Maybrat, persisnya di kecematan Ayamaru, Teminabuan, dan Aitinyo. Keyakinan yang tetap diyakini suku ini yakni orang wafat akan berubah jadi beberapa hewan dan menempati beberapa tempat tertentu. Contohnya, seperti sumur tua, gua, pohon beberapaya, dan besar.